blog

celoteh namakita

senin, 11 agustus 2025

titik temu antara bisnis dan misi pemberdayaan

Dear #temanNamakita

Aku percaya bahwa berbisnis itu tidak semata soal menjual dan meraih untung. Bagiku, bisnis adalah tentang memberi dampak—yaitu, tentang bagaimana setiap langkah yang aku ambil bisa membuat hidup orang lain menjadi (setidaknya) sedikit lebih baik. Aku ingin apa yang aku bangun bukan hanya menghidupiku, tetapi juga membuka jalan bagi orang lain untuk berkembang, percaya diri, merasa dihargai, dan yang paling penting—menjadi mandiri secara ekonomi.

Aku memilih bekerja sama dengan penjahit rumahan karena aku percaya mereka memiliki potensi besar, namun sering kali kurang mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Banyak di antara mereka yang punya keterampilan menjahit yang sangat baik, tetapi belum terbiasa menyesuaikan hasil karyanya dengan standar dan karakter sebuah brand.

Melalui proses kurasi yang aku lakukan, aku membantu mereka meningkatkan kualitas karya—mulai dari taste, bentuk cutting, hingga sentuhan estetika lainnya—agar setiap pakaian yang dihasilkan selaras dengan identitas brand yang aku bangun. Ada kepuasan tersendiri bagiku ketika melihat kualitas kerja mereka meningkat seiring waktu,  rasa percaya diri yang semakin tumbuh, dan menyadari bahwa aku bisa ikut berperan dalam perjalanan mereka untuk berkembang.

Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi bagian dari proses produksi, tetapi juga ikut bertumbuh bersama perjalanan bisnisku.

Bagi aku, bekerja bersama mereka bukan hanya soal membuat pakaian. Ini adalah bentuk pemberdayaan—yaitu memberi kesempatan bagi para mitra penjahit untuk bisa lebih tumbuh, maju, dan berkembang, sekaligus memastikan mereka mendapatkan penghasilan yang layak.

Ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat senyum sumringah mereka saat menerima hasil kerja kerasnya, atau mendengar cerita bahwa dari pekerjaan ini mereka bisa membiayai sekolah anak, memperbaiki rumah, atau sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Momen-momen seperti itulah yang membuatku yakin bahwa bisnis ini bukan sekadar soal produk dan keuntungan, tapi juga tentang kemitraan yang saling menguatkan.

Karena pada akhirnya, setiap pakaian dari bisnis ini bukan sekadar barang yang dijual, tapi hasil kolaborasi, harapan, dan saling mendukung satu sama lain.


senin, 4 Agustus 2025

Wastra Nusantara: Dari Warisan Menjadi Gaya Hidup

 

Dear #temaNamakita 

Wastra Nusantara adalah salah satu sumber inspirasi dalam proses kreatifku. Aku nggak pernah bosan untuk melihat dan menyentuh kain-kain tradisional Nusantara yang sarat makna dan filosofi itu. Buatku, wastra Nusantara bukan cuma sekedar kain—tapi karya seni yang hidup. Setiap motif punya cerita, setiap helai benang membawa jejak budaya dari berbagai penjuru Nusantara.

Aku sering terpukau saat mengenal lebih dalam tentang batik, tenun, atau songket. Semakin aku belajar, semakin aku sadar—betapa kayanya warisan kita. Dan dari situlah, muncul keinginan yang kuat untuk ikut merawatnya, dengan caraku.

Lewat rancanganku, aku berusaha mengangkat wastra Nusantara supaya tetap hidup di zaman sekarang. Aku ingin membuatnya relevan, tanpa kehilangan akar maknanya. Aku ingin wastra Nusantara bisa hadir di kehidupan sehari-hari. Dipakai ke kantor, ke kampus, bahkan saat santai di akhir pekan. Supaya makin banyak orang yang merasa dekat, lalu ikut mencintainya.

Jujur saja, ada rasa takut kalau semua ini pelan-pelan dilupakan. Tapi justru karena itu, aku makin yakin untuk terus berproses—menghidupkan wastra Nusantara dalam bentuk yang segar dan bermakna. Karena bagiku, melestarikan budaya bukan berarti membuatnya menjadi monumen, tapi membawanya berjalan bersama zaman.

Catatan:Wastra Nusantara adalah istilah yang merujuk pada kain tradisional khas Indonesia yang mengandung nilai budaya, filosofi, dan identitas dari berbagai daerah di Nusantara. Kata wastra sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti kain atau pakaian, sedangkan Nusantara merujuk pada wilayah kepulauan Indonesia.
minggu, 3 agustus 2025

filosofi linen

 

Dear #temaNamakita

Linen selalu menjadi salah satu material favorit aku—bukan cuma karena tampilannya yang effortless elegan, tapi karena ada karakter dan filosofi hidup yang aku temukan di setiap lembarnya. Apa sajakah?

1

Linen punya karakter unik—seratnya alami, dan sekeras apa pun kita coba setrika, ia tetap akan kembali ke bentuk aslinya. Halus sejenak, lalu kusut lagi. Tapi justru di situlah daya tariknya. Linen nggak pura-pura rapi. Dia nyaman jadi dirinya sendiri. Rasanya seperti diingatkan bahwa kita pun nggak harus selalu tampil sempurna hanya demi memenuhi ekspektasi orang lain. Kadang, jadi sedikit kusut itu nggak apa-apa.

Linen juga bukan jenis kain yang menolak disesuaikan, tapi ia tahu siapa dirinya. Dia bisa dirapikan untuk sesaat, tapi tetap akan kembali ke bentuk paling jujurnya. Seperti kita—yang mungkin sesekali mencoba menyesuaikan diri, menjaga situasi dan suasana kondusif, tapi pada akhirny,  paling damai saat kembali jadi diri sendiri. Linen menunjukkan bahwa ada keindahan dalam ketulusan. Bukan karena rapi, tapi karena apa adanya.

2

Semakin sering dicuci, linen justru semakin lembut. Bukan aus, bukan rapuh—tapi jadi lebih nyaman dipakai. Ada sesuatu yang menenangkan dari kain yang lembut karena waktu, bukan karena dibuat-buat sejak awal. Rasanya seperti pelukan yang nggak banyak bicara, tapi penuh pengertian.

Linen mengingatkan aku pada sikap dan kebijaksanaan yang tumbuh perlahan. Bukan yang datang tiba-tiba, bukan pencitraan, tapi hasil dari proses panjang—dari tempaan, dari luka, dari pengalaman yang berulang. Semakin sering diuji, justru makin halus cara kita bersikap. Dan seperti linen, kelembutan itu akhirnya membuat orang lain nyaman di dekat kita, tanpa kita perlu banyak usaha. 

klik foto di bawah untuk melihat koleksi linen dari namakita by popie
Shopping Cart
Scroll to Top